Kiblat adalah kata Arab yang merujuk arah yang dituju saat seorang Muslim mendirikan shalat.
Masjid Al-Aqsa, yang berada di Baitul Maqdis atau daerah disebut oleh bangsa Palestina dan Arab sebagai Al Quds dalam Islam, merupakan kiblat pertama untuk menunaikan shalat selama 16-17 bulan setelah perpindahan ke Madinah di tahun 624. Akan tetapi, setelah Rasulullah menerima petunjuk pada saat sedang melaksanakan shalat, Rasulullah mengubah arah kiblat ini menjadi menghadap Ka’bah.
![al-aqsa-mosque-dome-of-the-rock-jerusalem.jpg](/images/al-aqsa-mosque-dome-of-the-rock-jerusalem.jpg)
Masjid Al-Aqsa ini adalah merupakan salah satu tempat tujuan dalam perjalanan Isra Mi’raj Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dari Masjid Al-Aqsa ini, Malaikat Jibril mengantar Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk melakukan perjalanan ke surga. Di dalam perjalanan ini, Rasulullah bertemu beberapa nabi pendahulunya dan pada akhirnya menerima perintah shalat lima waktu.
Di masa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, setelah turun perintah sholat melalui peristiwa Isra' Miraj Rasulullah mendapat perintah untuk shalat menghadap ke Baitul Maqdis, di Palestina, namun Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berusaha untuk tetap shalat menghadap ke Ka’bah. Caranya adalah dengan mengambil posisi di sebelah selatan Ka’bah. Dengan mengahadap ke utara, maka selain menghadap Baitul Maqdis di Palestina, beliau juga tetap menghadap Ka’bah. Namun ketika beliau dan para sahabat hijrah ke Madinah, maka menghadap ke dua tempat yang berlawanan arah menjadi mustahil. Dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sering menengadahkan wajahnya ke langit berharap turunnya wahyu untuk menghadapkan shalat ke Ka’bah. Hingga turunlah ayat 144 Surat Al Baqarah.
“Sungguh Kami melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan dimana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. Dan sesungguhnya orang-orang yang diberi Al Kitab memang mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Tuhannya, dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan.” (QS. Al-Baqarah : 144).
![Masjid-Qiblatain-Al-Madinah-Al-Munawarah-1140x530.jpg](/images/Masjid-Qiblatain-Al-Madinah-Al-Munawarah-1140x530.jpg)
Perintah itu turun ketika Rasulullah bersama para sahabat sedang melaksanakan shalat di sebuah masjid di pinggir kota Madinah. Seketika, Rasulullah mengalihkan hadapnya dari Baitul Maqdis ke Ka’bah. Untuk mengenang peristiwa itu, masjid yang digunakan Rasulullah masih mempertahankan dua arah kiblat. Masjid tersebut dinamai Masjid Qiblatain yang artinya Masjid Dua Kiblat.
Juga diceritakan dalam suatu hadits riwayat Imam Buchori.
Dari al-Bara bin Azib, bahwasanya Nabi SAW pertama tiba di Madinah dia turun di rumah kakek-kakek atau paman-paman dari Anshar. Dan bahwasanya dia shalat menghadap Baitul Maqdis enam belas atau tujuh belas bulan. Dan dia senang kiblatnya dijadikan menghadap Baitullah. Dan shalat pertama dia dengan menghadap Baitullah adalah shalat Ashar di mana orang-orang turut shalat (bermakmum) bersama dia. Seusai shalat, seorang lelaki yang ikut shalat bersama dia pergi kemudian melewati orang-orang di suatu masjid sedang ruku. Lantas dia berkata: "Aku bersaksi kepada Allah, sungguh aku telah shalat bersama Rasulullah SAW dengan menghadap Makkah." Merekapun dalam keadaan demikian (ruku) mengubah kiblat menghadap Baitullah. Dan orang-orang Yahudi dan Ahli Kitab senang dia shalat menghadap Baitul Maqdis. Setelah dia memalingkan wajahnya ke Baitullah, mereka mengingkari hal itu. Sesungguhnya sementara orang meninggal dan terbunuh sebelum berpindahnya kiblat, sehingga kami tidak tahu apa yang akan kami katakan tentang mereka. Kemudian Allah yang Maha Tinggi menurunkan ayat "dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu" (al-Baqarah, 2:143).
Hal itu terjadi pada tahun 624. Dengan turunnya ayat tersebut, kiblat diganti menjadi mengarah ke Ka’bah di Mekkah. Selain arah shalat, kiblat juga merupakan arah kepala hewan yang disembelih, juga arah kepala jenazah yang dimakamkan.
Shalat pertama kali yang dilakukan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan menghadap Ka’bah adalah shalat Zhuhur di Bani Salamah, sedangkan shalat Ashar di Masjid Nabawi. Penduduk Quba’ merubah kiblat mereka ke arah Ka’bah ketika sedang menunaikan shalat Shubuh, setelah kabar tentang perubahan kiblat sampai kepada mereka. Ketika jama’ah kaum Muslimin sedang menunaikan shalat Shubuh di Quba’, tiba-tiba ada seorang sahabat mendatangi mereka, lalu mengatakan : “Allah Azza wa Jalla telah menurunkan sebuah ayat kepada Nabi-Nya agar menghadap Ka’bah, maka hendaklah kalian menghadap Ka’bah !” Lantas mereka semua berpaling menghadap ke arah Ka’bah.
Dalam Alquran disebutkan Kabah sudah ada pada zaman Nabi Ibrahim AS. Hal itu tercantum dalam Surat Ibrahim ayat 37.
Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan Sholat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezekilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.
Juga pada Surat Al Baqarah ayat 127.
Dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasar Baitullah bersama Ismail (seraya berdoa): " Ya Tuhan kami terimalah daripada kami (amalan kami), sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
![Biruni.jpg](/images/Biruni.jpg)
Dalam 1000 tahun terakhir, sejumlah matematikawan dan astronom Muslim seperti Biruni telah melakukan perhitungan yang tepat untuk menentukan arah kiblat dari berbagai tempat di dunia. Seluruhnya setuju bahwa setiap tahun ada dua hari di mana matahari berada tepat di atas Ka'bah, dan arah bayangan matahari di manapun di dunia pasti mengarah ke Kiblat. Peristiwa tersebut terjadi setiap tanggal 28 mei pukul 9.18 GMT (16.18 WIB) dan 16 Juli jam 9.27 GMT (16.27 WIB) untuk tahun biasa. Sedang kalau tahun kabisat, tanggal tersebut dimajukan satu hari, dengan jam yang sama.
Tentu saja pada waktu tersebut hanya separuh dari bumi yang mendapat sinar matahari. Selain itu terdapat 2 hari lain di mana matahari tepat di "balik" Ka'bah (antipoda), di mana bayangan matahari pada waktu tersebut juga mengarah ke Ka'bah. Peristiwa tersebut terjadi pada tanggal 28 November 21.09 GMT (4.09 WIB) dan January jam 21.29 GMT (4.29 WIB).