Nyamuk disebutkan menjadi salah satu hewan yang suka mengganggu bagi manusia. Pasalnya, dengungan sayap nyamuk bisa membangunkan manusia yang sedang tidur, bahkan di saat terlelap sekalipun. Gigitan nyamuk juga kerap kali menimbulkan rasa gatal di kulit.
Bentol akibat gigitan nyamuk adalah hal yang bisa terjadi pada setiap manusia. Namun, pernahkah Anda merasa lebih sering digigit Nyamuk daripada orang di sekitar? Mungkin darah Anda lebih "lezat" dan "manis" dibandingkan darah orang lain. Parahnya nyamuk dapat menyebabkan penyakit, seperti malaria dan demam berdarah.
Salah satu faktor yang membuat beberapa orang lebih sering digigit nyamuk adalah golongan darah. orang dengan golongan darah tertentu memiliki kumpulan protein khusus (antigen) yang berbeda pada permukaan sel darah merahnya.
A: hanya antigen A di permukaan sel darah merah B: hanya antigen B di permukaan sel darah merah AB: antigen A dan B di permukaan sel darah merah O: tidak ada antigen A atau B di permukaan sel darah merah. Dalam beberapa studi, disebutkan bahwa nyamuk lebih tertarik pada orang dengan golongan darah O dibandingkan lainnya.
Sebuah studi pada 1974 dengan obyek penelitian 102 peserta melihat berbagai faktor yang dapat menarik nyamuk. Para peneliti menemukan bahwa nyamuk memang lebih suka menggigit orang dengan golongan darah O. Dalam studi lain pada 2004, peneliti memeriksa preferensi nyamuk untuk golongan darah serta status sekretor. Hasilnya, lebih banyak nyamuk hinggap pada orang bergolongan darah O. Namun, hasil tersebut hanya signifikan secara statistik bila dibandingkan dengan golongan darah A dan tidak dengan golongan darah lainnya. Ketika antigen golongan darah diaplikasikan pada lengan peserta, nyamuk secara signifikan lebih tertarik pada orang dengan antigen H (tipe O) daripada antigen A, sedangkan antigen A secara signifikan lebih menarik dibandingkan antigen B.
Karena antigen golongan darah dapat ditemukan dalam air liur dan air mata dari sekretor, nyamuk mungkin dapat merasakan antigen ini saat mendekati seseorang. Namun, belum ada penelitian yang dilakukan untuk mendukung gagasan ini. Sebuah studi pada 2019 juga menunjukkan hasil serupa. Ketika peneliti memberikan sampel dari jenis darah yang berbeda di tempat makan terpisah, teramati bahwa nyamuk lebih suka pengumpan tipe O daripada pengumpan lainnya.
Akan tetapi, ada faktor individu lain yang memengaruhi intensitas gigitan nyamuk, misalnya karbon dioksida dan bau badan. Ketika seseorang melepaskan karbon dioksida saat mengembuskan napas, ini akan meninggalkan jejak yang bisa diikuti nyamuk. Peningkatan karbon dioksida di udara dapat mengingatkan nyamuk bahwa ada kemungkinan inang di dekatnya. Nyamuk kemudian akan bergerak menuju sumber karbon dioksida.
Sementara itu, ada sejumlah faktor yang dapat memengaruhi bau seseorang pada nyamuk. Pertama, senyawa pada kulit. Para peneliti telah menemukan beberapa senyawa yang ada pada kulit yang membuat beberapa orang lebih menarik bagi nyamuk, seperti amonia dan asam laktat. Kedua, bakteri pada kulit. Menurut sebuah studi pada 2011, orang dengan jumlah bakteri lebih tinggi, tetapi memiliki keragaman bakteri yang lebih rendah di kulit, lebih menarik bagi nyamuk. Dan, terakhir adalah faktor genetika.