Sejumlah perusahaan makanan besar seperti PepsiCo, Coca-Cola, McDonald's, dan Starbucks menangguhkan bisnisnya di Rusia. Hal ini dilakukan sebagai bentuk dukungan kepada Ukraina akibat invasi oleh Rusia.
Pepsi telah menjual produk cola di Rusia selama lebih dari enam dekade. Sementara McDonald's membuka lokasi pertamanya di Iron Curtain di Moskow, beberapa bulan sebelum Uni Soviet runtuh. Dalam beberapa hari terakhir, Pepsi, Coke, McDonald's, dan Starbucks telah menuai kritik karena terus beroperasi di Rusia, sementara perusahaan AS lainnya mundur dan menghentikan penjualan.
Mewakili salah satu dari sedikit wilayah di seluruh dunia lantaran penjualan Coke dan PepsiCo cukup diminati. Coke mengatakan bisnisnya di Ukraina dan Rusia menyumbang sekitar 1 persen hingga 2 persen dari pendapatan operasional bersih konsolidasi dan pendapatan operasional pada tahun 2021.
Pepsi sendiri menghasilkan sekitar 4 persen dari pendapatan tahunannya di Rusia. Namun Pepsi tidak menghentikan semua bisnisnya di Rusia. Perusahaan mengatakan akan terus menjual beberapa produk penting, seperti susu formula, susu dan makanan bayi di dalam negeri. Perusahaan akan menangguhkan penjualan untuk merek Pepsi-Cola, 7Up dan Mirinda, bersama dengan investasi modal, semua kegiatan periklanan dan promosi.
Pepsi sedang mempertimbangkan berbagai opsi untuk bisnisnya di Rusia, termasuk menutup keseluruhan. Sanksi ekonomi memang diketahui telah sangat memperumit proses pembongkaran aset perusahaan di Rusia.
Sejak invasi Rusia ke Krimea pada tahun 2014, banyak perusahaan AS telah berupaya mengurangi eksposur mereka di Rusia dan Ukraina. Beberapa jaringan restoran, seperti McDonald's, telah menjual beberapa lokasi milik perusahaan mereka kepada pewaralaba lokal.
McDonald's mengumumkan, 850 restorannya yang ada di Rusia akan ditutup sementara. Sekitar 84 persen lokasi McDonald's Rusia dimiliki oleh perusahaan, sedangkan sisanya dioperasikan oleh pemegang waralaba lokal. Memiliki lebih banyak restoran berarti pendapatan yang lebih besar bagi perusahaan, tetapi risiko yang lebih besar dinilai akan terjadi jika situasi ekonomi memanas dan mendorong penurunan ekonomi.
Starbucks juga menangguhkan semua aktivitas bisnisnya di Rusia, termasuk pengiriman produknya. CEO Starbucks Kevin Johnson mengutuk serangan itu dan berjanji untuk menyumbangkan royalti dari bisnisnya di Rusia untuk tujuan kemanusiaan. Starbucks akan memberikan dukungan kepada hampir 2.000 karyawannya yang tinggal di Rusia. Penutupan aktivitas bisnis termasuk menutup pengiriman produk Starbucks, dan toko.