Sebuah desa di Italia mencari anak muda yang bersedia tinggal di sana. desa itu bahkan menawarkan kesepakatan akan membayar mereka yang bersedia pindah dan memulai bisnis di sana. Desa juga akan memberikan tempat tinggal dengan sistem sewa nominal.
Desa tersebut bernama Santo Stefaano, sebuah desa yang berada di ketinggian dan selama ini terkenal dengan hotel-hotel yang kamar-kamarnya glamor. Kawasan pedesaan di sana masih masuk wilayah Taman Nasional Gran Sasso e Monti della Laga dengan pemandangan yang indah. Desa itu mencari anak muda yang bersedia pindah ke sana karena di lokasi itu hampir setengah penduduknya adalah pensiunan.
Di desa itu hanya ada sekitar 115 penduduk. Sedangkan, kurang dari 20 orang di sana berusia di bawah 13 tahun. Oleh karena itu, dewan kota mengambil tindakan dengan membuka penawaran mengenai siapa yang ingin tinggal. Setidaknya mereka yang berpindah ke desa itu akan diberikan biaya bulanan selama tiga tahun dengan nilai maksimal 8.000 Euro atau sekitar Rp 135 juta per tahunnya.
Dewan kota juga akan memberikan uang kontribusi sekali senilai 20.000 Euro atau sekitar Rp 337 juta untuk memulai berwirausaha. Penghuni juga akan mendapatkan properti untuk ditinggali dengan sistem sewa. Namun belum diketahui pasti bagaimana mekanisme sistem sewa ini. Desa akan menganalisa pelamar untuk menentukannya.
Setidaknya, sudah ada 1.500 orang pelamar sejak program diluncurkan 15 Oktober 2020. Nantinya mereka akan diuji hingga mendapat jumlah 10 orang yang layak. Perlu diketahui, nantinya saat berpindah ke sana tidak sembarang bisnis didirikan di sana.
Beberapa peluang wirausaha yang diizinkan yakni:
-
Pemandu
-
Staf untuk kantor informasi
-
Petugas kebersihan dan pemeliharaan
-
Pemilik toko obat atau mereka yang dapat bekerja dengan,
-
Menjual, makanan di daerah tersebut
Paling lambat batas waktu pendaftaran adalah 15 November 2020. Sedangkan, usia minimal 18 maksimal 40 tahun. Selama ini telah banyak warga desa di wilayah terpencil Italia, seperti Santo Stefano, yang penduduknya melakukan eksodus penduduk sejak Perang Dunia II. Melalui eksodus itu, orang-orang berpindah ke kota untuk mencari pekerjaan. Namun pada akhirnya mereka enggan kembali dan membuat desa menjadi sepi.