Ketika orang mencela PTDI karena sudah menurun dari pabrik pesawat terbang yang bernuansa hi-tech dengan memproduksi panci yang tidak ada kandungan teknologinya, pada saat bersamaan PTDI sedang merancang masa depan. Membuat pesawat baru dengan rancangan dan produksinya dilakukan sendiri. Prototipe pertama selesai pada 2017 dan uji coba terbang dilaksanakan pada 16 Agustus 2017 di Bandara Husein Sastranegara durasi percobaan selama 26 menit dari lepas landas hingga pesawat kembali mendarat.
Uji terbang menggunakan purwarupa pesawat N219 selama 340 jam untuk mendapatkan type certificate (TC). Setelah melakukan uji coba penerbangan beberapa kali, pada 10 November 2017 pesawat N219 diberi nama “Nurtanio” oleh Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo, bertempat di Base Ops Lapangan Udara Halim Perdana Kusuma, Jakarta. Nama Nurtanio sebagai penghargaan kepada Laksamana Muda Udara (Anumerta) NUrtanio Pringgoadisuryo merupakan sosok perintis industri pesawat terbang Indonesia.
pesawat terbang N219 dapat berbagai fungsi seperti penerbangan komersial hingga penggunaan militer dan misi penyelamatan, digunakan untuk transportasi penumpang maskapai komersial dan personel militer, Transportasi logistic dan korban bencana, search and rescue, serta pengawasan dan patroli wilayah. pesawat komersial dapat membawa 19 penumpang dan juga kargo serta terbang dan mendarat di landasan pendek. Sangat cocok untuk negara seperti Indonesia yang memiliki banyak daerah terpencil, design dan produksi N-219 semuanya dilakukan oleh orang Indonesia.
PT Dirgantara Indonesia (PTDI) ini bisa pulih. Meski rugi hingga Rp3,92 triliun dengan ekuitas negatif Rp14,67 miliar pada tahun 2007, sejak tahun 2009 sampai 2014 PTDI memperoleh kontrak Rp18,95 Triliun dan penjualan Rp13,97 triliun yang terdiri dari kontrak dengan pemerintah, 70%, dan non-pemerintah/luar negeri, 30%. Karenanya di akhir tahun 2014, PTDI mendapat laba sebesar US$ 19,3 Juta (Rp 250 Miliar). Meski perusahaan dirgantara global terus meningkat, terakhir tahun 2019 dinyatakan bahwa pendapatan perseroan naik hingga US$ 259,7 Juta hingga mendapat laba bersih US$ 10,5 Juta
pesawat komersial tujuan besar sebuah pabrik pesawat dengan memproduksi pesawat komersil, perusahaan akan lebih stabil dan maju. Tidak mengandalkan pekerjaan sebagai sub kontraktor. Karenanya langkah awal untuk masuk ke pembuatan perusahaan komersial yang berkapasitas lebih besar lagi. Besar harapan bangsa kita, PTDI juga menyambut ide Alm. Habibie tentang R80.
Pesawat baling-baling mampu membawa 80-90 penumpang penerbangan dan landasan jarak pendek. R80 juga dibutuhkan dinegara-negara Afrika dan Amerika Latin.Meski direncanakan mulai terbang tahun 2022, pesawat ini sudah dipesan 155 unit sehingga dianggap sebagai proyek yang sangat prospektif. "Bila PTDI bisa sinergi dengan proyek R80, maka industri dirgantara nasional kita akan terus melangkah lebih jauh.